Cinta, Versi Kita Ternyata??

Sebentuk cinta terkadang menjadikan hidup begitu layak dijalani. Betapapun sulit, betapapun terluka. Pokoknya… nikmat, begitu saja. Laksana menikmati tiap tetes darah yang mengaliri goresan luka. Bukan sakit yang dirasa, hanya… cinta, satu kata.

Aneh, bukan? Seringkali air mata menjadi penyebab runtuhnya kebahagiaan seseorang. Tak ada alasan untuk menangis–hanya yang lemah yang melakukannya. Namun ini lain. Cinta berbicara. Lalu tak lagi duka. Hanya ada mentari.
Ketika cerahnya menerangi jendela-jendela hatimu yang tinggi. Berhembus di sela pilar-pilar tebal. Para kecoa bersembunyi, sebelum akhirnya ikut menari. Bagai rumah kosong tak terurus yang kembali dihidupi oleh keluarga kecil penuh gelak tawa.

Cinta selalu menyebalkan. Hadirnya tidak ditunggu, namun nyaman diresapi di relung hati. Selalu mangkir. Selalu angkuh. Aku tidak mudah dilawan, suatu ketika kau tegaskan. Ah, adakah hatimu ketahui tentang yang tersurat?
Bahwa akan ada ternyata, dan ternyata, dan ternyata. Tak pernah kau duga. Begitu bencinya. Namun tenggelam ternyata tidak membuatmu kehilangan nyawa.
Dan kau menari, berdansa, menggerakkan segenap sendi atas reaksimu terhadap bahagia. Kau tidak percaya. Namun bulan-bulan memang berpendar tanpa pernah kau lihat dalam tidurmu di malam hari… kau percaya kini, seharusnya, kurasa?


Setiap peluh kau maknai bagai embun pagi. Segurat emosi hanyalah senggolan ringan tak berarti. Sekelebat gelap bagimu sekedar cahaya hangat siang hari yang esok pasti kembali.


Gelap yang ternyata tak pernah lelah hantui kita. Sudahkah kau menyerah? Terhadap semua yang telah kita yakini dengan sombong itu? Bukankah kita pernah merasa begitu tidak tertaklukkan? Bukankah kita pejuang sejak kita dilahirkan? Bukankah semua seharusnya bermakna bahagia, bukan untuk disesaki air mata? Bukankah…? Seharusnya…? Semestinya…?


Yang tersurat tak pernah tertulis tanpa pernah kita pilih. Dan aku memilih bahagia. Dalam nama apapun yang dapat mereka sebut. Dalam bentuk apapun yang dapat mereka bayangkan. Betapapun kau tahu tulisan ini hanya karya kacangan seorang penyair palsu penuh tipudaya. Aku pilih bahagia, menurut versi kita, bersamamu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanah Surga , Katanya

Pantun Gombal Volume 1

Pejantan Tangguh