#2 Cuma curhat
Tak terasa tiga tahun sudah aku memendam rasa ini . Rasa yang
sebenarnya ingin segera kuakhiri , tanpa
mengorbankan perasaan siapapun , perasaanku, perasaanmu ataupun perasaannya.
.
Saat berhadapan , saat berkicau , ber’dinding’ , ataupun
lewat pesan singkat , aku ingin tetap berlaku dengan normal seperti biasanya
aku (aneh) , walaupun untuk mencapai
semua itu perlu usaha yang lebih.
.
.
Tahukah engkau ?
Gak tau kenapa aku dengan mudah berkata “suka” kepada mereka
yang tak benar benar kusukai namun kepadamu … ya , kepadamu , mulut dan lisan
ini seolah terkunci rapat tanpa cela .
.
.
Dan aku merasa
beruntung untuk tidak pernah berkata bahwa aku menyukaimu ‘lagi’ , mencintaimu
‘lagi’ , walau amat sakit saat tahu
bahwa aku bukanlah dia yang kau cintai.Walaupun itu mungkin cuma ‘perasaanku’.
.
Dan jika boleh aku beralasan, mungkin aku cuma takut membuat
hidupmu yang sudah bahagia menjadi hidup yang tak seharusnya kau rasakan, karena
itu aku mencoba untuk mengurung rasa itu jauh ke alam, mendorong lagi, dan lagi
hingga yang terjadi adalah tolakan-tolakan yang membuatku semakin tidak
mengerti sebenarnya apa yang kurasakan… cinta atau benci , antara senang atau sedih , antara bahagia atau
menderita.. bener bener gak ngerti .
.
Sakit hatiku memang . Saat ‘prasangkaku’ bicara kalau engkau
mencintai dia dan mungkin tak ada aku ‘lagi’
dalam kamus cintamu, sakit memang , sakit terasa dan begitu amat amat perih.
Namun 100 kali 1000 kali bahkan 1.000.000 kali rasa itu
lebih baik saat ini . Saat aku mengerti bahwa senyummu adalah sesuatu yang
berarti bagiku ,
sangat sangat berarti .
.
Tawa riangmu yang kuingat membuat hidup ini lebih indah dan
bermakna , bahkan ketika aku ingat wajahmu ketika cemberut , bener bener dibuat
senyum sendiri .
.
Mungkin ketentramanmu
saat ini , kebahagiaanmu saat ini adalah buah cinta yang amat teramat mendekap
hatiku, dan aku mengerti bahwa aku harus mengalah .Tapi untuk menyerah? Aku
belum bisa meyakinkan hatiku buat menyerah , maaf.
Komentar
Posting Komentar